
Menurut saya, ini pribadi & bisa jadi keliru, apa yang dilakukan oleh KAMMIPusat melakukan aksi nasional berdemonstrasi mengepung istana negara itu masih dalam tatanan yg “wajar” dan “biasa saja” dalam berdemokrasi.. ^_^
http://www.bbc.co.uk/indonesia/majalah/2015/05/150522_trensosial_pribumi
Kalau faham apa itu “Axiomata sive leges motus” atau “Axioms, the Laws of Motions”. Atau terjemahan jurnal Newton tentang hukum gerak fisika ke-3 yaitu “Jika ada AKSI, akan timbul REAKSI”.
Aksi KAMMIPusat itu wajar walau memang kontradiktif. Semangatnya aksi #LindungiPribumi tapi mengenakan atribut topeng GUY FAWKES (yes, you are V, for Vendetta) dan terimaji kebarat-baratan, ini yg memancing komentar.
Padahal sebagai mahasiswa yg kekinian, maksud mereka kenakan “Topeng Guy Fawkes” karena itu adalah lambang perlawanan. Iyah sesimple itu.
Lagi pula guys, ada kalimat “Jangan tembak nabinya, tapi lihat pesan apa yg dibawa”. Yes please don’t shoot the messenger. Though, saya fans Jokowi yg sedang babak belur dikangkangi kepentingan, ya mikir aksi ini penting utk saling mengingatkan.
Lantas, untuk kalimat “Pribumi, Aseng, & Asing” itu setuju. Sangatlah tidak santun. Jatuhnya rasis malah. Ini yg memang disayangkan dan menurut saya kurang cerdas. Menyeretnya ke ranah islam atau bukan islam juga sama ndak cerdasnya.
Akan tetapi yaitu tadi, kalau mikirnya gelombang aksi dan reaksi yg terjadi selalu sifatnya “equal”. Apakah positif atau negatif. Yah, mungkin sama-sama salah, mungkin juga sama-sama benar.
Who knows? Hidung siapa? 😉
Sebagai penutup!
Satu hal yg bisa saya lihat & fahami, kalau digeser sudut pandang dari sisi “Sales & Marketing” kesatuan aksi yg pakai topeng Guy Fawkes ini sesuai apa yg dibilang tuan Godin tentang “Attention Paradox”. They are trying to buy attention dan sampai kemarinya mereka berhasil membelinya.
http://sethgodin.typepad.com/seths_blog/2013/01/the-attentionaction-paradox.html
Well, kita semua faham kuncinya adalah “viral” untuk membeli perhatian diranah media sosial antah berantah tak bertuan itu. Selalu saja, apa yg disebut viral ini ndak segampang makan bubur ayam parahyangan disamping kantor PLN Bengkulu Nusa Indah, yah much complicated than that.. 😉
Pun, gagasan atau idenya sudah authentic bener (asli) juga tidak menjamin bakal contagious. Seperti batu dilempar ke kolam resonansi gelombang airnya apakah baik utk sebuah brand atau tidak ini jg seringnya ndak bisa diukur.
Kayak yg selalu dibilang tuan Godin “ideas that spread wins” apapun viral apakah sviral kayaknya wajib menghayati trends.
Iyah, Alas, menjadi seorang salesman & marketers hari ini itu ndak gampang. Wajib faham trend sosial juga. Bener banget, sirkumstansi sudah berubah & disrupter belum tentu kaya dan dapet celah revenue.
Ndak sesimple jual es dawet ayu atau siomay mandiri, yg hanya bisa jual product saja, biar laku nowadays you got to deliver experience, gitu katanya guys.. ^_^
Semangat pagi duhai jiwa-jiwa pemberontak yang mempunyai visi luar biasa.. Saya salut!
#RunRunSmall
#BiarKurusan 😂😭
– – at Bengkulu
View on Path